memuat…
Kurban pada Idul Adha memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Foto/AliMasduki/MPI
JAKARTA – Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) memproyeksikan potensi ekonomi korban Indonesia pada 2023 sebesar Rp 24,5 triliun. Nilai tersebut berasal dari 2,08 juta umat Islam yang berencana berqurban (shahibul qurban) tahun ini.
Ideas menjelaskan, proyeksi ini sedikit menurun dibanding tahun 2022 yang diperkirakan mencapai Rp 24,3 triliun dari 2,17 juta korban perkotaan. Artinya akan ada penurunan sekitar 90.000 kurban pada tahun 2023.
“Meskipun pandemi kini telah berakhir dan mobilitas masyarakat telah pulih sepenuhnya, resesi global telah melemahkan pemulihan ekonomi pasca pandemi. Melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga pangan dan energi yang antara lain terlihat dari rendahnya inflasi di bulan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini, dengan perkiraan konservatif kurban,” tulis Ideas on Kamis (29/6/2018). 2023).
Diperkirakan dari 2,08 juta keluarga muslim dengan daya beli tinggi yang berpotensi menjadi shahibul qurban, kebutuhan hewan kurban terbesar sekitar 1,23 juta ekor kambing. Sedangkan sekitar 505.000 ekor sapi dan kerbau.
“Dengan asumsi bobot domba antara 20-80 kilogram (kg) dengan bobot karkas 41% dan bobot kerbau dan sapi antara 250-750 kg dan bobot karkas 57%, maka potensi ekonomi Kurban 2023 adalah sekitar 1,74 juta ekor ternak setara dengan 103,0 ribu ton daging,”. Sebuah gagasan yang jelas.
Indonesia telah lama mengalami kesenjangan konsumsi pangan yang lebar, yang bersumber dari ketimpangan pendapatan. Kesenjangan konsumsi pangan terlihat jelas pada jenis pangan penting yang harganya sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat kelas bawah seperti daging.
“Pada tahun 2022, rata-rata penduduk pada persentil tertinggi atau 1% kelas terkaya mengkonsumsi 5,31 kg daging kambing dan sapi per kapita per tahun, 294 kali lebih tinggi dari rata-rata penduduk pada persentil terbawah atau 1% kelas termiskin. yang hanya mengonsumsi 0,02 kg daging per kapita setahun,” tulis Ideas.
Dengan dampak resesi global yang kini semakin terasa pada orang miskin, kesenjangan konsumsi daging kemungkinan besar akan semakin parah. Dengan begitu, kehadiran para korban di tengah resesi global menjadi sangat berarti bagi masyarakat miskin.
“Kurban memiliki potensi besar untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pangan yang penting dan mahal ini. Akses yang lebih setara akan mengurangi tingkat ketimpangan konsumsi daging,” ujar Ideas.