Memuat…
Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman menyambut Presiden China Xi Jinping di Riyadh, Arab Saudi. Foto/Dok Reuters
RIYADH – Rapat Pimpinan Cina Xi Jinping dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman pekan lalu diyakini menjadi berita buruk bagi Rusia . Dimana pertemuan kedua di Riyadh membahas perdagangan minyak mentah dan masalah lainnya.
Pada 9 Desember 2022, para pemimpin Arab Saudi dan China bertemu di Riyadh, untuk kunjungan pertama Xi Jinping ke Arab Saudi sejak 2016. Xi Jinping dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman secara rutin bertemu dan menandatangani beberapa perjanjian yang bertujuan mengoordinasikan media- agenda pembangunan jangka panjang kedua negara.
Baca Juga: Data Terbaru Penerimaan Minyak Rusia Negara-Negara Eropa
Dimulai dari China’s Modern Silk Road dan Saudi Vision 2030. Inti dari hubungan China-Saudi adalah minyak. Meskipun tidak ada detail yang disebutkan tentang kesepakatan minyak selama pertemuan tersebut, pertemuan Riyadh tentu saja merupakan kesempatan bagi kedua negara untuk memperkuat hubungan perdagangan energi yang telah terjalin lama.
Arab Saudi adalah pemasok utama minyak ke China, dan China adalah pelanggan minyak terbesarnya. Dimana Beijing mengimpor minyak mentah Saudi senilai USD 43,9 miliar pada tahun 2021.
Namun kini ada beruang di antara mereka yaitu Rusia. Di saat normal, Rusia dan negara-negara OPEC seperti Arab Saudi melihat langsung minyak dan berbagi niat untuk menentang Amerika Serikat (AS) dan Kanada.
Ketika Presiden AS Joe Biden mengunjungi Arab Saudi pada bulan Juni untuk mendesak OPEC meningkatkan produksi minyaknya, Arab Saudi memilih untuk menjaga produksi tetap stabil.
Baca Juga: Diskon Gila, China Beli Minyak Rusia
Ini memperkuat posisi Rusia, karena ekspor minyaknya terkena sanksi akibat perang Ukraina. Keputusan Arab Saudi membuat negara lain sulit menolak minyak Rusia. Tak heran, hal itu juga menyebabkan hubungan AS-Saudi memburuk.
Rusia dan OPEC Berebut Bisnis di China