Memuat…
Kebutuhan avtur yang semakin meningkat terutama di bandara-bandara besar di Indonesia menuntut Pertamina Patra Niaga untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas layanannya, salah satunya melalui digitalisasi proses pengisian bahan bakar.
MAKASSAR – Tidak hanya berperan dalam menyalurkan oli untuk mobil dan motor, Pertamina Patra Niaga selaku Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) juga menyediakan Avtur untuk kebutuhan maskapai penerbangan. Jika SPBU menjadi saluran utama pengisian bahan bakar, maka Depot Pengisian Bahan Bakar Pesawat (DPPU) dan proses pengisian bahan bakar Avtur adalah yang terdepan dalam mencerminkan tingkat pelayanan Pertamina kepada pelanggannya.
Corporate Marketing Director PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan melihat permintaan Avtur yang terus meningkat terutama di bandara-bandara besar di Indonesia, menuntut Pertamina Patra Niaga untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pelayanannya, salah satunya melalui digitalisasi proses pengisian bahan bakar.
“Sebelumnya pengisian oli ini dilakukan secara manual, mulai dari pencatatan, penjadwalan, dan konfirmasi volume pengisian Avtur, sehingga ada potensi human error. Dengan digitalisasi, diharapkan ada integrasi data dalam setiap proses pengisian BBM,” jelas Riva.
Di penghujung tahun 2020, Pertamina telah berhasil mengimplementasikan digitalisasi pengisian bahan bakar yaitu dengan sistem Digital Ground Operation (DGO) yang digunakan di DPPU Soekarno Hatta Jakarta, dan Pertamina Aviation Fuel Delivery Management (PADMA) yang digunakan di DPPU Sepinggan Balikpapan.
Berharap layanan yang lebih baik, kata Riva, Pertamina Patra Niaga kini telah resmi beroperasi dan menambah jumlah DPPU yang telah menerapkan sistem digitalisasi DGO dan PADMA untuk mendukung proses pengisian BBM.
Untuk Ditjen akan mulai diterapkan di 3 DPPU yaitu Hasanuddin Makassar, Ngurah Rai Bali, dan Juanda Surabaya. Sedangkan untuk PADMA akan mulai digunakan di 5 DPPU yaitu Halim Perdanakusuma Jakarta, Kualanamu Medan, Hang Nadim Batam, Supadio Pontianak, dan Minangkabau Padang.
“Penerapan DGO dan PADMA di bandara ini bertujuan untuk memaksimalkan pelayanan pengisian bahan bakar bagi maskapai mengingat 78 persen volume distribusi Avtur Pertamina dilakukan di total 10 bandara. Jadi kami harus memastikan bahwa pelayanan yang diberikan Pertamina Patra Niaga benar-benar terbaik,” lanjutnya.
Secara umum, tidak banyak perbedaan antara sistem DGO dan PADMA. DGO saat ini bisa dibilang lebih lengkap dengan 23 fitur terintegrasi yang terdiri dari penjadwalan pengisian bahan bakar, penugasan operator, pemantauan proses pengisian bahan bakar secara realtime, proses verifikasi dan pembayaran, proses pelaporan, dan data pelanggan. PADMA sendiri merupakan bentuk inovasi internal Pertamina yang kini memiliki 13 fitur yang bekerja sama dengan DGO.
“Perbedaan mendasarnya adalah DGO sepenuhnya otomatis dan terintegrasi, PADMA masih memerlukan input data sebelum terintegrasi penuh. Untuk memaksimalkan program digitalisasi, kedepannya PADMA akan terus mengembangkan fitur dan fungsinya, setelah itu digitalisasi akan kami gunakan untuk mengisi bahan bakar secara bertahap di DPPU lainnya,” ujar Riva.
(srf)