Memuat…
Karena chip semikonduktor memicu produksi motor terputus. FOTO/IST
JAKARTA – Asosiasi Industri Sepeda Sepeda motor Indonesia (AISI) mematok target penjualan 5,4 juta sepeda motor pada 2022. Namun, jumlah tersebut sangat sulit dicapai hingga Oktober 2022.
Laporan dari situs AISI, selama Januari-Oktober 2022, sebanyak 4.149.947 sepeda motor terjual dengan angka ekspor mencapai 643.828. Jumlah tersebut juga menurun sebanyak 56.186 pada periode yang sama tahun lalu.
BACA JUGA – Yamaha Tetap Optimis dengan Penjualan Sepeda Motor Tahun Ini
Kepala Divisi Komersial AISI, Sigit Kumala mengatakan, saat ini anggota hanya berharap angka penjualan di tahun 2022 sama dengan tahun lalu. Mengingat kendala yang dialami sepanjang tahun membuat anggota AISI sulit mencapai targetnya.
“Penghalangnya sama, semikonduktor. Karena dari April hingga Juli kami terkendala pasokan semikonduktor. Itu selama 4 bulan saja masalahnya. Jadi sangat sulit mencapai target itu,” kata Sigit saat dihubungi, Selasa (6/12/2022).
Sebelumnya, Sigit menegaskan anggota AISI optimistis penjualan sepeda motor tahun ini lebih baik dari 2021. Karena itu, mereka berani mematok target lebih tinggi dari tahun lalu, meski tidak melebihi 5 persen.
“Kami belum menetapkan target pasti untuk tahun depan, karena masih menunggu persetujuan dari seluruh anggota. Sebenarnya situasi pasokan semikonduktor semakin baik, mungkin masih ada masalah untuk jenis tertentu. Mudah-mudahan membaik,” ujarnya.
Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, industri otomotif merasakan dampak yang sangat besar. Hal ini terlihat dari total penjualan tahun 2020 yang hanya 3.660.616 unit, jauh dari 6.487.460 unit tahun sebelumnya.
Beberapa waktu lalu, Sigit mengungkapkan seluruh anggota AISI optimistis bisa mencapai angka itu lagi dalam beberapa tahun ke depan. Namun, ia juga menegaskan bahwa hal tersebut harus dibarengi dengan situasi dan kondisi di seluruh dunia.
Sigit juga mengakui ancaman resesi bisa mempengaruhi penjualan sepeda motor tahun depan, meski Indonesia belum menunjukkan arah itu. Namun, dia meminta anggotanya untuk tetap waspada dan memiliki langkah antisipasi.
“Kami hanya berpikir positif. Oke, beberapa negara mengalami resesi, mungkin Indonesia berharap tidak mengalami resesi, tetapi pertumbuhan ekonominya melambat. Tentu saja, melihat situasi ini, daya beli masih bisa dipertahankan, mungkin hanya daerah-daerah tertentu saja yang terpengaruh daya beli. Tidak semua sektor terkena dampak resesi, mungkin sektor komoditas akan terkena dampaknya,” ujarnya.
(wbs)