memuat…
Militer Amerika Serikat (AS) mulai meluncurkan 10 satelit pertama untuk membangun jaringan pertahanan mega-konstelasi terhadap ancaman rudal hipersonik. Foto/spaceflightnow/spacex
WASHINGTON – Tentara Amerika Serikat (AS) mulai meluncurkan 10 satelit pertama untuk membangun jaringan pertahanan mega-konstelasi terhadap ancaman rudal hipersonik . Peluncuran dilakukan menggunakan roket SpaceX Falcon 9 dari Vandenberg Space Force Base, sekitar 225 kilometer barat laut Los Angeles.
Ke-10 satelit ini memulai misi pertama membangun jaringan ratusan satelit di orbit yang direncanakan oleh Space Development Agency (SDA). SDA didirikan oleh Pentagon pada 2019, salah satu tugas pertamanya adalah mengembangkan teknologi untuk menghadapi ancaman rudal hipersonik dari China dan Rusia.
“Ini merupakan pencapaian yang luar biasa bagi SDA dan bagi seluruh Departemen Pertahanan. Ini menunjukkan pilar utama kita, spiral proliferasi dan pembangunan, bisa menciptakan ruang keamanan nasional,” kata Derek Tournear, direktur SDA dikutip dari situs spaceflightnow, Sabtu (8/4/2023).
10 satelit prototipe pertama, terdiri dari delapan pesawat ruang angkasa relai data yang dibangun oleh York Space Systems dan dua platform pelacak rudal yang diproduksi oleh SpaceX. Ke-10 satelit ini ditempatkan di orbit setinggi 1.000 kilometer menggunakan roket Falcon 9 pada Minggu 2 April 2023.
Atas permintaan militer AS, SpaceX tidak memberikan liputan video langsung tentang peluncuran roket tahap atas dan penempatan satelit SDA ke orbit. Webcast langsung hanya menunjukkan peluncuran perusahaan dan kembalinya booster ke Zona Pendaratan 4 di Vandenberg.
Tahap pertama dari Advanced Warfighter Space Architecture SDA akan terdiri dari 28 satelit yang diluncurkan tahun ini sebagai bukti konsep untuk pelacakan rudal dan jaringan pengiriman data. Ini diikuti oleh lebih dari 150 satelit tambahan yang diluncurkan pada tahun 2024 dan 2025 untuk memberikan kemampuan operasional awal.
Armada satelit NASA, yang disebut Advanced Space Warfare Architecture, akan menyertakan satelit dengan sensor infra merah untuk mendeteksi dan melacak rudal dalam penerbangan. Bersama dengan data pelacakan relay pesawat ruang angkasa lainnya langsung ke darat, udara atau angkatan laut menggunakan jaringan radio taktis yang ada.
Kemudian pasukan AS dan sekutu dapat menembak jatuh rudal musuh yang terdeteksi dan dilacak oleh jalur penerbangan mereka. 28 satelit pertama dikenal sebagai Tranche 0, setelah 10 satelit berhasil diluncurkan pada 2 April 2023 dengan roket Falcon 9, menyusul 18 satelit lainnya yang diluncurkan pada misi Falcon 9 lainnya pada bulan Juni.