memuat…
Pesawat ruang angkasa IXPE NASA mendeteksi keberadaan lubang hitam supermasif di Bima Sakti yang mengeluarkan ledakan besar 200 tahun lalu. Foto/NASA/Ruang
FLORIDA – Pesawat ruang angkasa IXPE NASA mendeteksi keberadaan lubang hitam raksasa di Bima Sakti yang mengeluarkan ledakan besar 200 tahun lalu. Adanya lubang hitam monster itu terdeteksi oleh gema ledakan besar yang dipantulkan oleh awan gas.
Menurut pengamatan NASA, lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bima Sakti terbangun dan memancarkan ledakan sinar-X yang kuat sekitar pergantian abad ke-19. Para astronom melihat awan besar gas molekul pembentuk bintang bersinar lebih terang dalam sinar-X.
Satu penjelasan yang mungkin adalah sinar-X ini tidak berasal dari awan gas. Namun, hal itu tercermin setelah ledakan dari lubang hitam bernama Sagitarius A* (Sgr A*) yang bermassa 4,1 juta matahari.
Ledakan yang relatif baru terjadi ketika Sagitarius A* memakan sesuatu, dan kilatan sinar-X dipantulkan oleh awan gas molekuler di sekitar lubang hitam. X-ray Polarimetric Imaging Probe (IXPE) dapat mengukur polarisasi cahaya sinar-X dari peristiwa semacam itu.
Polarisasi mengacu pada gelombang cahaya yang berosilasi ke arah yang diinginkan, untuk mengungkapkan informasi tentang bagaimana cahaya dihasilkan dan dipantulkan. IXPE menemukan bahwa gema sinar-X memiliki sudut polarisasi yang konsisten dengan asal ke arah Sagitarius A*.
Kini, tim yang dipimpin Frederic Marin dari University of Strasbourg telah menggunakan satelit X-ray Polarimetry Imaging Explorer (IXPE) milik NASA untuk menemukan bukti kuat keberadaan monster tersebut. Sekaligus memprediksi kapan black hole akan terbentuk.
Gaya pasang surut gravitasi di sekitar lubang hitam seukuran Sagitarius A* cukup kuat untuk mengobrak-abrik apapun yang berkeliaran di dekatnya. Proses ini memancarkan semburan sinar-X saat awan gas, bintang, atau asteroid pecah.
Kemudian, puing-puing tersebut membentuk piringan material panas yang berputar ke dalam perut lubang hitam. Kekuatan polarisasi menunjukkan bahwa sinar-X dipancarkan lebih dari 200 tahun yang lalu dalam sebuah peristiwa yang berlangsung kurang dari satu setengah tahun.
“Pekerjaan kami menghadirkan bukti yang hilang bahwa sinar-X dari awan molekul raksasa disebabkan oleh pantulan dari flare yang intens. Namun, peristiwa tersebut tidak berlangsung lama hingga menghasilkan atau mendekati Sgr A*,” kata Marin seperti dikutip SINDOnews dari Angkasa laman, Kamis (22/6/2023).
Kecerahan gema sinar-X menunjukkan bahwa ledakan ini meningkatkan kecerahan sinar-X lubang hitam hingga satu juta kali dibandingkan dengan keadaan diamnya. Total energi yang dilepaskan diperkirakan antara 1039 – 1044 erg.
Ini sebanding dengan jenis galaksi aktif yang disebut Seyfert, yang memiliki lubang hitam supermasif yang mengonsumsi materi dalam jumlah besar dalam jangka waktu yang lebih lama. Masih belum diketahui secara pasti benda langit apa yang jatuh begitu dekat dengan Sagitarius A* sehingga terkoyak.
(jaring)