memuat…
Pada tahun 2020, saat pandemi covid-19 melanda, pemerintah dari Belize hingga Zambia menggali cadangan kas dan emas mereka. Di mana Türkiye telah menggunakan setengah dari cadangannya. Foto/Dok
JAKARTA – Saat dunia mengalami keragaman krisis Dari bencana iklim, pandemi COVID-19, rantai pasokan, dan gejolak perbankan, negara-negara dengan sumber daya yang lebih sedikit bergantung pada cadangan devisa untuk menopang perekonomian mereka.
Pada tahun 2020, saat pandemi covid-19 melanda, pemerintah dari Belize hingga Zambia turun tangan cadangan devisa Dan emas mereka. Di mana Türkiye telah menggunakan setengah dari cadangannya.
Sementara itu, pemerintah nasional dengan cadangan yang lebih besar memiliki jaring pengaman yang lebih kuat saat terjadi krisis. Mereka kemungkinan besar adalah negara-negara yang sudah kaya secara finansial, seperti Jepang, Swiss, dan Amerika Serikat atau AS.
China, seperti dilansir QUATZ, memiliki cadangan uang tunai dan emas terbanyak di antara negara mana pun di dunia. Dimana Beijing memiliki nilai USD 3,43 triliun, menurut data Bank Dunia dan IMF.
Buruknya Kondisi Negara Miskin
Sebaliknya di ujung lain, situasinya berbeda di negara-negara dengan cadangan kas dan emas terkecil termasuk Burundi, Samoa, dan banyak negara pulau lainnya. Dominika memiliki cadangan paling sedikit, senilai USD 190,8 juta.
Negara kepulauan dan negara miskin lainnya secara tidak proporsional terpengaruh oleh perubahan iklim dan keadaan darurat kesehatan, dengan sedikit atau tanpa kapasitas keuangan untuk mengatasi masalah ini.
Sedangkan negara yang tidak berada dalam situasi kritis, masih bisa menghadapi masalah saat krisis berikutnya terjadi. Bolivia, misalnya, memiliki cadangan kas yang hampir tidak cukup untuk menutupi impor selama tiga bulan, mendorong bank sentralnya untuk menjual dolar AS kepada individu untuk menopang nilai tukarnya.
Ada juga cadangan devisa Pakistan yang turun ke level terendah dalam delapan tahun akibat wabah tersebut, ditambah dengan kenaikan inflasi dan melemahnya rupee. Pakistan juga dilanda banjir besar yang dapat merugikan negara lebih dari $30 miliar pada tahun 2022.
Sri Lanka dan Lebanon adalah negara lain yang juga terpukul keras oleh sektor ekonomi, antara lain karena sistem pangan yang tidak stabil dan dampak perang Rusia-Ukraina.
(hektar)