memuat…
AS akan sekali lagi membawa nuklir ke luar angkasa. FOTO / REUTERS
TEXAS – Amerika Serikat (AS) berencana untuk kembali menguji mesin pesawat ruang angkasa yang ditenagai oleh fisi nuklir pada tahun 2027.
BACA JUGA – Ramalan Jayabaya dan Baba Vanga Punya Banyak Kesamaan Soal Kiamat 2022
Misi bagi AS ini bukanlah yang pertama, karena AS pada 9 Juli 1962, banyak orang berkumpul di pantai Honolulu, Hawaii, untuk menyaksikan Amerika Serikat (AS) meledakkan bom nuklir di luar angkasa.
Seperti dilansir dari akun media sosial. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), bekerja sama dengan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), tes tersebut merupakan bagian dari upaya jangka panjang NASA untuk menunjukkan metode yang lebih efisien dalam mendorong astronot ke Mars di masa depan.
“NASA akan bekerja dengan mitra jangka panjang kami, DARPA, untuk mengembangkan dan mendemonstrasikan teknologi propulsi termal nuklir pada tahun 2027. Dengan bantuan teknologi baru ini, astronot dapat melakukan perjalanan ke dan dari luar angkasa lebih cepat dari sebelumnya, kemampuan utama untuk menyediakan misi berawak ke Mars,” kata administrator NASA.
NASA dan DARPA akan mengembangkan mesin propulsi termal nuklir dan meluncurkannya ke luar angkasa “pada awal 2027,” kata administrator NASA Bill Nelson pada konferensi di National Harbor, Maryland, dikutip oleh Reuters.
Demonstrasi yang direncanakan untuk tahun 2027, bagian dari program penelitian DARPA yang sekarang melibatkan NASA, juga dapat menginformasikan ambisi Angkatan Luar Angkasa AS, yang membayangkan menggunakan pesawat ruang angkasa bertenaga reaktor nuklir yang mampu memindahkan satelit lain ke orbit dekat bulan, DARPA dan NASA kata pejabat. .
60 tahun yang lalu, AS meledakkan sebuah bom yang dikenal sebagai Starfish Prime, ledakan tersebut merupakan bagian dari serangkaian uji coba nuklir ketinggian tinggi yang dikenal sebagai ‘Operasi Fishbowl’.
Lima perangkat nuklir diluncurkan selama pengujian, dengan Starfish menjadi yang terbesar sekitar 1,4 megaton (setara dengan pelepasan energi 1,4 juta ton TNT yang diledakkan pada satu waktu).
Setelah bom diledakkan sekitar 400 kilometer di atas Pulau Johnston di Samudra Pasifik, aurora muncul di langit saat peralatan elektronik mulai rusak.
“Di Kwaialein, 1.400 mil ke arah barat, tutupan awan tebal membentang di ufuk timur hingga ketinggian 5 atau 8 derajat,” ujar seorang saksi mata kejadian tersebut, sebagaimana tercatat dalam laporan militer, dikutip IFL Science.
Pada pukul 09.00 waktu setempat, kilatan cahaya putih cemerlang membakar awan dengan cepat berubah menjadi bola hijau yang meluas dari sinar memanjang ke langit cerah di atas langit mendung.
(wbs)