Memuat…
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan perubahan sikap dan kebijakan diperlukan ketika kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG meningkat di masa mendatang. Foto/Dok
JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Arifin Tasrif ekspresikan, terus optimalkan produksi minyak dan gas (Migas) di tengah kebutuhan yang terus meningkat. Menurutnya, diperlukan perubahan sikap dan kebijakan, ketika kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG akan meningkat di masa mendatang.
“Yang perlu kita lakukan, pertama kita optimalkan transisi energi menuju energi bersih dan terbarukan. Pada masa transisi ini produksi gas bumi dalam negeri harus kita optimalkan semaksimal mungkin,” kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif. MNC Forum LXVII (67) Strategi dan Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Energi Terbarukan untuk Mendukung Perekonomian Nasional, Senin (19/12/2022).
Baca Juga: Di MNC Forum, Menteri ESDM Ungkap Masa Keemasan Minyak Tahun 1998
Arifin mengatakan, saat ini permintaan domestik telah meningkat secara signifikan berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk. “Kami tidak memiliki banyak produksi dalam negeri untuk bensin, tetapi kami juga sekarang mengimpor cukup banyak BBM, begitu juga dengan solar dan avtur. Kami sudah mulai mengganti solar yang bersumber dari perkebunan kelapa sawit kami juga. ,” dia berkata.
Di sisi lain, juga terungkap bahwa permintaan gas LPG juga meningkat sangat tajam, karena konsumsi rumah tangga. “Ini tren ke depan kalau kita diam saja. Impor minyak sampai 2060 akan seperti ini, kita impor 200 ribu barel,” ujarnya.
“Besar, sangat, sangat besar,” lanjutnya.
Baca Juga: HT Jelaskan Manfaat KEK Lido Bagi Masyarakat Sekitar
Menurutnya, jika tidak dilakukan, Indonesia akan terus mengimpor gas bumi. “Setara dengan 443 ribu setara barel,” ujarnya.
Di sektor perminyakan, terjadi penurunan sebesar 5,2% dalam lima tahun terakhir. Menurut dia, hal itu disebabkan sumur minyak yang sudah tua dan peralatan yang tidak berfungsi.
“Sementara permintaan yang tinggi digunakan terutama di sektor transportasi. Misalnya, transportasi darat tumbuh 5%, sedangkan ketersediaan minyak dalam negeri juga menurun 5%. Sehingga kesenjangan semakin besar dan cepat,” katanya.
(hektar)